Cerita Terbaru

Tuesday 29 November 2022

Kisah Desah Menikmati Toket Janda Genit Tetangga Rumah Ku

Kisah Desah - Pembaca, aku ingin berbagi pengalaman pertamaku bercinta dengan wanita. Ini terjadi saat aku baru duduk di bangku SLTA kelas 3. Waktu itu aku tinggal di pinggiran kota Bandung yang masih banyak penduduk Sundanya.


LaguQQ, DominoQQ, BandarQ, Bandar Sakong, Dominobet, Situs Poker Online Terpercaya di Indonesia

Di sebelah rumahku tinggal keluarga Sunda, anak lelaki bungsunya teman bermainku. Dia mempunyai 3 orang kakak perempuan. Yang akan aku ceritakan di sini adalah kakaknya yang bernama Inah. Seorang janda beranak satu. Usianya saat itu kira-kira 34 tahunan.

Sebagai tetangga sebelah rumah, aku cukup akrab dengan semua anggota keluarga, sehingga aku bisa keluar masuk rumahnya dengan leluasa. Oh iya, sebelum aku lupa, Inah ini orangnya hitam manis dengan payudara lumayan besar (mungkin ukuran 36C). Entahlah, aku sendiri saat itu tidak tahu persis, karena masih “ingusan”. Yang aku tahu, ukurannya cukup membuat anak seusiaku menelan ludah, kalau melihatnya.

Seperti orang Sunda jaman dulu pada umumnya, Inah ini suka sekali, terutama kalau hari sedang panas, cuma mengenakan bra saja dan rok bawah. Mungkin untuk mendapatkan kesegaran. Nah aku seringkali melihat si teh dalam “mode” seperti ini. Usiaku saat itu sudah memungkinkan untuk bergairah melihat tonjolan payudaranya yang hanya ditutupi bra. Cerita Dewasa

Tapi yang paling membuatku menahan nafas adalah bentuk dan goyangan pantatnya. Pinggul dan pantatnya bulat dan bentuknya “nonggeng” di belakang. Kalau berjalan, pantatnya bergoyang sedemikian rupa membuat gairah remajaku yang baru tumbuh selalu tergoda.

Pembaca, Inah ini sudah tiga kali menjanda, dan semua warga kampung kami sudah tahu bahwa Inah ini memang “nakal” sehingga tidak ada pria yang betah berlama-lama menjadi suaminya. Inah ini suka sekali menggodaku dengan mengatakan bahwa dia pengen sekali merasakan keperjakaanku (saat itu aku memang masih perjaka, belum pernah sekalipun merasakan wanita, pacaranpun baru sebatas mencium dan memeluk saja).

Suatu kali, selepas maghrib, aku ke rumahnya. Tadinya aku ingin mengajak Udin, adiknya yang temanku untuk main. Aku masuk lewat pintu belakang karena memang sudah akrab sekali. Tapi di belakang rumahnya itu, ada Inah yang sedang duduk di kursi dekat sumur (sumurnya masih pake timba).

Aku bertanya ke si teh, “teh, Udin ada?”.

“Kagak, dia ikut Bapak ama Ibu ke Depok.” jawab si teh.
“Wah, jadi teh sendirian dong di rumah?” tanyaku basa basi.
“Iya, asyik kan? Kita bisa pacaran.” sahut si teh.

Aku cuma tertawa, karena memang sudah biasa dia ngomong begitu.
“Duduk dulu dong Wan, ngobrol ama teteh ngapa sih.” katanya.

Akupun duduk di kursi sebelah kirinya, si teteh sedang minum anggur cap orangtua. Aku tahu dia memang suka minum anggur, mungkin itu juga sebabnya tidak ada suami yang betah sama dia.

“Si Amir mana teh?” tanyaku menanyakan anaknya.
“Diajak ke Depok.” sahutnya pendek.
“Mau minum nggak Wan?” dia nawarin anggurnya.

Entah kenapa, aku tidak menolak. Bukannya sok alim pembaca, aku juga suka minum, cuma karena orang tuaku termasuk berada, biasanya aku hanya minum minuman dari luar negeri. Tapi saat itu aku minum juga anggur yang ditawarkan Inah.

Jadilah kami minum sambil ngobrol ngalor ngidul. Tak terasa sudah satu botol kami habiskan berdua. Dan aku mulai terpengaruh alkohol dalam anggur itu, namun aku pura-pura masih kuat, karena kulihat Inah belum terpengaruh. Gengsi.

Aku mulai memperhatikan Inah lebih teliti (terutama setelah dipengaruhi alkohol murahan itu). Pandanganku tertuju ke toketnya yang hanya ditutupi bra hitam yang agak kekecilan. Sehingga toketnya seperti mau meloncat keluar. Wajahnya cukup manis, agak ke arab-araban, kulitnya hitam tapi mulus. Baru sekarang aku menyadari bahwa ternyata Inah manis juga. Rupanya pengaruh alkohol sudah mendominasi pikiranku.

Merasa diperhatikan si teh membusungkan dadanya, membuat penis remajaku mulai mengeras. Dan dengan sengaja dia membuat gerakan menggaruk toket kirinya sambil memperhatikan reaksiku. Tentu saja aku belingsatan dibuatnya. Sambil menggaruk toketnya perlahan si teh bertanya. DominoQQ

“Wan kok bengong gitu sih?”

Bukannya kaget, aku yang sudah setengah mabok itu malah menjawab terus terang, “Abis tetek teh gede banget, bikin saya napsu aja.”

Eh, dia malah merogoh toket kirinya, terus dikeluarkan dari branya.
“Kalo napsu, pegang aja Wan. Nih,” katanya sambil mengasongkan toketnya ke depan.
“Diemut juga boleh Wan.” tambahnya.

Aku yang sudah mabok alkohol, semakin pusing karena ditambah mabok kepayang akibat tantangan Inah.

“Boleh teh?” tanyaku lugu.

“Dari dulu kan teh udah pengen buka “segel” Irwan. Irwannya aja yang jual mahal.” katanya sambil memegang kepalaku dengan tangan kirinya dan menekan kepalaku ke arah toketnya.

Aku pasrah, perlahan mukaku mendekat ke arah toket kirinya yang sudah dikeluarkan dari bra itu. Dan hidungku menyentuh pentilnya yang cokelat kehitaman. Segera aroma yang aneh tapi membuat kepalaku seperti hilang menyergap hidungku. Dan keluguanku membuat aku hanya puas mencium dengan hidungku, menghirup aroma toket Inah saja.

“Waan.” tegur Inah.
“Apa teh?” tanyaku sambil menengadah.
“Jangan cuma diendus gitu ngapa. Keluarin lidah Irwan, jilatin pentil teh, terus diemut juga. Ayo coba” Inah mengajariku sambil kembali tangannya menekan kepalaku.

Aku menurut, kukeluarkan lidahku, dan kujilati sekitar pentilnya yang kurasakan semakin keras di lidahku. Dan sesekali kuemut pentilnya seperti bayi yang menyusu pada ibunya. Ku dengar Inah mengerang, tangannya meremas rambutku dan berkata.

“Naah, gitu Wan. Terusin Waann. Gigit pentil teh Wan, tapi jangan kenceng gigitnya, pelan aja.” pinta si teh.

Akupun menuruti permintaannya. Kugigit pentilnya pelan, erangan dan desahannya semakin keras. Dengan lembut si teh menarik kepalaku dari toketnya, wajahku ditengadahkan, lalu dia mencium bibirku dengan penuh gairah. Bibirku diemut dan lidahnya bermain dengan lincahnya di dalam mulutku. Aku terpesona dengan permainan lidahnya yang baru sekali ini kurasakan.

Getaran yang diberikan Inah melalui lidahnya menjalar dari sekujur bibirku sampai ke seluruh tubuhku dan akhirnya masuk ke jantungku. Aku terbawa ke awang-awang. TIdak hanya itu, Inah menjilati sekujur wajahku, dari mulai daguku, ke hidungku, mataku semua dijilat tak terlewat satu sentipun. Terakhir lidah Inah menyapu telingaku, bergetar rasanya seluruh tubuhku merasakan sensasi yang Inah berikan ini.

Sambil menjilati telingaku, tangannya menarik tanganku dan dibawanya ke toketnya, sambil membisikkan, “Remes-remes tetek teh dong Waann.” Aku menurutinya, dan kudengar desahan si teh yang membuatku semakin bergairah, sehingga remasanku pada teteknya juga semakin intens.

“Aauugghh.. Sshh.. Naahh gitu Wan.”

Lalu diapun kembali menjilati daerah telingaku. Aku semakin terbuai dengan permainan Inah yang ternyata sangat mengasyikkan untukku ini. Lalu Inah kembali menciumi bibirku, dan kami saling berpagutan.

Aku jadi mengikuti permainan lidah Inah, lidah kami saling membelit, menjilat mulut masing-masing. Kembali kurasakan tekanan tangan Inah yang membimbing kepalaku ke leher dan telinganya. Akupun melakukan seperti yang dilakukan Inah tadi.

Kujilati telinganya, dan dia mendesah kenikmatan. Lagi, dia menekan kepalaku untuk mencapai teteknya yang semakin mencuat pentilnya. Aku mencoba mengambil inisiatif untuk memegang vaginanya. Tangan kiriku bergerak turun untuk menyentuh bagian paling intim Inah. Tapi Inah menahan tanganku. Cerita Mesum

“Nanti dong Waan, sabar ya sayaanng.” Aku sudah gemetar menahan gairah yang kurasakan mendesak di sekujur tubuhku.

“Teeh, Irwan pengen Teeh.” pintaku.
“Pengen apa Waan,” tanya Inah menggodaku.
“Pengen liat itu.” kataku sambil menunjuk ke selangkangan Inah yang masih tertutup rok merah dari bahan yang tipis.
“Pengen liat memek teh?” Inah menegaskan apa yang kuminta.
“Iya teh.” jawabku.

“Itu sih gampang, tinggal singkapin rok teh, udah keliatan tuh.” kata Inah sambil menyingkapkan roknya ke atas, sehingga terlihat celana dalamnya yang berwarna biru tua.

Dan kulihat segunduk daging di balik CD biru tua itu. Aku menelan ludah dan terpaksa menahan untuk tidak limbung. Sungguh luar biasa bentuk gundukan di balik CD itu. Aku memang baru pertama kali melihat gundukan memek, tapi aku yakin kalo gundukan memek Inah sangat montok alias tembem sekali.

Dan Inah memang sengaja ingin menggodaku, dia menahan singkapan roknya itu beberapa lama, dan saat aku ingin menyentuhnya, dia kembali menutupnya sambil tertawa menggoda.

“Jangan disini dong Wan. Ntar kita digerebek lagi kalo ada yang tau.” kata Inah sambil berdiri dan menuntun tanganku ke dalam rumahnya.

Bagai kerbau dicocok hidungnya akupun menurut saja. Aku sudah pasrah, aku ingin sekali merasakan nikmatnya Inah. Dan yang pasti aku sudah telanjur hanyut oleh permainannya yang pandai sekali membawaku ke dalam jebakan kenikmatan permainan sorgawinya.

Inah menuntunku ke kamarnya. Tempat tidurnya hanya berupa kasur yang diletakkan di atas karpet vinyl, tanpa tempat tidur. Lalu Inah mengajakku duduk di kasur. Kami masih berpegangan tangan. Inah melumat bibirku, dan kami berpagutan kembali. Lalu Inah menghentikan ciuman kami. Dia menatapku dengan tajam, lalu bertanya.

“Wan, kamu bener-bener pengen ngeliat memek teh?”

Aku mengangguk, karena pertanyaan ini membuatku tidak bisa menjawab. Semakin mabok rasanya. Inah kemudian melepaskan rok dan bra yang dipakainya dan sekarang tinggal CDnya saja yang masih tersisa. Kembali aku menelan ludah. Dan pandanganku terpaku pada gundukan di balik celana dalam Inah. Betapa montoknya gundukan memek Inah.


Lalu Inah berbaring telentang, kemudian dengan gerakan perlahan, Inah mulai menurunkan CD sehingga terlepaslah sudah. Aku yang masih duduk agak jauh dari posisi memek Inah cuma bisa menahan gairah yang menggelegak di dalam jantung dan hatiku.

Benar saja, memek Inah sangat tebal, dagingnya terlihat begitu menggairahkan. Dengan bulu yang lebat, semakin membuatku tidak karuan rasanya.

“Katanya pengen ngeliat, sini dong liatnya dari deket Wan,” kata Inah.
“I iya teh,” sahutku terbata sambil mendekatkan wajahku ke selangkangan Inah. Dia melebarkan kedua pahanya sehingga membuka jalan bagiku untuk lebih mendekat ke memeknya.
“Niih, puas-puasin deh liatin memek teh, Wan.” kata Inah.

Setelah dekat, apa yang kulihat sungguh membuatku tidak kuat untuk tidak gemetar. Belahan daging yang kulihat ini sangat indah, berwarna merah, bulunya lebat sekali menambah keindahan. Di bagian atas, mencuat daging kecil yang seperti menantangku untuk menjamahnya. Aromanya, sebuah aroma yang aneh, namun membuatku semakin horny.

“Udah? Cuma diliatin aja? Nggak mau nyium itil teh?” pancing Inah sambil dua jari tangan kanannya menggosok-gosok daging kecil yang mencuat di bagian atas memeknya.

“Mm.. Mmau teh. Mau banget.” kataku antusias. Lalu tangan Inah menekan kepalaku sehingga semakin dekat ke memeknya. “Ya udah cium dong kalo gitu, itil teh udah nggak tahan pengen Irwan ciumin, jilatin, gigitin.”

Dan bibirkupun menyentuh itilnya, kukecup itilnya dengan nafsu yang hampir membuatku pingsan. Aroma kewanitaan Inah semakin keras menerpa hidungku. Inah mendesah saat bibirku menyentuh itilnya. Lalu kejilati itilnya dengan semangat, tidak hanya itilnya, tapi juga bibir memek Inah yang tebal itu aku jilati. Jilatanku membuat Inah mengejang seraya mendesah dan mengerang hebat.

“Sshh.. Aarrgghh.. Gitu Waann.. Oogghh..”

Suara rintihan dan desahan Inah membuatku semakin bergairah menjilati seluruh bagian memek Inah. Bahkan sekarang kumasukkan lidahku ke dalam jepitan bibir memek Inah. Tangan Inah menekan kepalaku, sehingga wajahku semakin terbenam dalam selangkangan Inah. Agak susah juga aku bernafas, tapi aku senang sekali. Cerita Desahan

Kumasukkan lidahku ke dalam lubang nikmat Inah, lalu ku jelajahi lorong memeknya sejauh lidahku mampu menjangkaunya. Tiba-tiba, kurasakan lidahku seperti ada mengemut. Luar biasa, rupanya memek Inah membalas permainan lidahku dengan denyutan yang kurasakan seperti mengemut lidahku. Tubuh Inah menggelinjang keras, pinggulnya berputar sehingga kepalaku ikut berputar.

Tapi itu tidak menghentikan permainan lidahku di dalam jepitan daging memek Inah. Desahan Inah semakin keras begitu juga dengan gerakan pinggulnya, aku semakin bersemangat menjilati, dan sesekali aku menjepit itilnya dengan kedua bibirku, dan rupanya ini sangat membuat Inah terangsang, terbukti setiap kali aku menjepit itilnya dengan bibir, Inah mengejang dan mendesah lebih keras.

“Sshh, aarrghhgghh, Wan, itu enak banget waan..”

Tapi, putaran pinggul Inah terhenti, sebagai gantinya, sesekali dia menghentakkan pantatnya ke atas. Hentakan-hentakan ini membuat wajahku seperti mengangguk-angguk. Erangannya semakin keras, dan tiba-tiba dia menjerit kecil, tubuhnya mengejang, pantatnya diangkat keatas, sedangkan tangannya menekan kepalaku dengan kencang ke memeknya. Dan kurasakan di dalam memek Inah ada cairan yang membanjir dan ada rasa gurih yang nikmat sekali pada lidahku.

Desahan Inah seperti sedang menahan sakit. Tapi belakangan baru aku tahu bahwa ternyata Inah sedang mengalami orgasme. Dan pantat Inah berputar pelan sambil terkadang terhentak keatas, dan tubuhnya mengejang. Sementara itu, cairan yang membanjir keluar itu ada yang tertelan sedikit olehku, tapi setelah aku tahu bahwa rasanya enak, akupun menjilati sisa cairan yang masih mengalir keluar dari memek Inah. Inah kembali menggeliat dan mengerang seperti orang sedang menahan sakit.

Kepalaku masih terjepit dipahanya, dan mulutkupun masih terbenam di memeknya. Tapi aku tak peduli, aku menikmati sekali posisi ini. Dan tak ingin cepat-cepat melepaskannya. Tak lama kemudian, Inah merenggangkan pahanya sehingga kepalaku bisa bebas lagi. Kemudian Inah menarik tanganku. Aku mengikuti tarikannya, badanku sekarang menindih tubuhnya, kambali bibir kami berpagutan. Lidah saling belit dalam gelora nafsu kami.

Lalu Inah melepaskan ciumannya dan berkata, “Wan, terima kasih ya. Enak banget deh. teh puas. Ayo sekarang giliran teh.”

Inah bangun dari tidurnya dan akupun duduk. Dia mulai membuka pakaianku dimulai dari kemejaku. Setiap kali satu kancing baju terlepas, Inah mengecup bagian tubuhku yang terbuka. Dan saat semua kancing sudah terlepas, Inah mulai menjilati dadaku, pentilku disedotnya.

Aku merasakan sesuatu yang aneh namun membuatku semakin bernafsu. Sambil menjilati bagian atas tubuhku, tangan Inah bekerj membuka celana panjangku dan melemparkannya ke lantai. Sekarang aku hanya tinggal mengenak CD saja. Inah menyuruhku berbaring telentang. Aku menurut.

Lalu CD ku diperosotkannya melalui kakiku, aku membantu dengan menaikkan kakiku sehingga Inah lebih mudah melepaskan CDku. Dunia seperti terbalik rasanya saat tangan Inah mulai menggenggam tititku dan mengelus serta mengocoknya perlahan.

“Lumayan juga titit kamu Wan. Gede juga, keras lagi.” celetuk Inah.

Tak membuang waktu, Inah segera menurunkan wajahnya sehingga mulutnya menyentuh kepala tititku. Dikecupnya kepala tititku dengan lembut, kemudian dikeluarkannya lidahnya, mulai menjilati kepala, lalu batang dan turun ke.. Bijiku. Semua dilakukannya sambil mengocok tititku dengan gerakan halus.

Lidahnya bergerak turun naik dengan lincahnya membuatku semakin tidak terkendali. Aku mendesah dan mengerang merasakan kenikmatan dan sensasi yang Inah berikan. Sungguh luar biasa permainan lidah Inah.

Setelah beberapa lama, Inah menghentikan lidahnya. Rupanya dia sudah merasa bahwa tingkat ereksiku sudah cukup untuk memulai permainan.

“Udah Wan, sekarang Irwan masukkin kontol Irwan ke memek teh. Adduhh, teh udah nggak sabar pengen disiram sama perjaka. Biar teh awet muda Wan.” kata Inah.

Aku tak mengerti maksud Inah, tapi yang jelas, sekarang Inah kembali tiduran dan menyuruhku mulai mengambil posisi di atasnya. Inah melebarkan kedua kakinya sehingga aku bisa masuk di antara kakinya itu. Kemudian Inah memegang tititku dan mengarahkannya ke memeknya yang sudah menanti untuk kumasuki. Inah meletakkan tititku di depan memeknya, kemudian berkata, “Nah, sekarang teken Wan.”

Aku tidak menunggu lebih lama lagi. Segera kutekan tititku memasuki kegelapan memek Inah. Kurasakan tititku seperti dijepit daging yang sangat keras namun lembut dan kenyal, agak licin tapi sekaligus juga agak seret.

“Aagghh.. Pelan dulu Wan,” pinta Inah.

Saat kepala tititku sudah masuk, Inah menggoyangkan pinggulnya sedikit, membuatku semakin mudah untuk memasukkan seluruh tititku. Dan akhirnya terbenamlah sudah tititku di dalam memeknya. Jepitannya kuat sekali, namun ada kelicinan yang membuatku merasa seperti di dalam sorga. Kemudian Inah terdiam. LaguQQ

DIa berkonsentrasi agaknya, karena tahu-tahu kurasakan tititku seperti disedot oleh memek Inah. Ya ampuun, rasanya mau meledak tubuhku merasakan denyutan di memek Inah ini. Tititku seperti dijepit dan tidak bisa kugerakkan. Seperti ada cincin yang mengikat tititku di dalam memek Inah. Aku agak bingung, karena aku tidak bisa bergerak sama sekali.

“teh, apa nih?” aku bertanya.

“Enak nggak Wan?” tanya Inah.

“Iya teh, enak banget. Apaan tuh tadi teh?” aku kembali bertanya.

Inah tidak menjawab, hanya tersenyum penuh kebanggaan. Kemudian Inah melepaskan jepitan memeknya pada tititku.

“Sekarang kamu gerakin keluar masuk titit kamu ya Wan.” perintah Inah.

Dan akupun mulai permainan sesungguhnya, kugerakkan tititku keluar masuk di lorong kenikmatan Inah. Setiap gerakan yang kubuat menimbulkan sensasi yang luar biasa, baik untukku maupun untuk Inah.

Mula-mula pelan saja gerakanku, tapi lama-lama, mungkin karena nafsu yang semakin besar, gerakanku semakin cepat. Dan Inah mengimbangi gerakanku dengan putaran pinggulnya yang mengombang-ambingkan tubuhku. Putaran pinggul Inah membuat seperti ada yang mau meledak dalam diriku.

“Hhgghh.. Oogghh.. Sshh, Waann. Kamu jago banget waann..” desah teh Anah.

Aku tidak tahu apa maksudnya, namun pujiannya membuatku semakin memacu “motor”ku menerobos kegelapan di lorong Inah. Lalu teh menghentikan putaran pinggulnya dan melingkarkan kakinya ke kakiku sehingga kembali aku tidak bisa bergerak leluasa.

“Wan, sekarang kamu diem aja, kamu rasain aja mpot ayam teh.” perintahnya.

Lagi, aku tak tahu apa maksudnya, namun Inah mencium bibirku dan lidahnya mengajakku berpagutan kembali.

“teh udah mau keluar lagi nih wan, kita barengin ya sayang, teh tanggung pasti enak deh.” kata Inah.

Tubuh Inah diam, namun kurasakan tititku seperti dijepit dan dipijit dengan lembut, benar-benar luar biasa memek Inah. Kembali desakan lahar dalam diriku menuntut dikeluarkan. Dan denyutan memek Inah terus saja mengemuti tititku membuatku merem melek. Dan akhirnya aku benar-benar tidak kuat menahan lahar yang mendesak itu.

“MTeehk.. Adduuhh.. Sayaa..” aku tidak dapat meneruskan kata-kataku, tapi Inah rupanya mengerti bahwa aku sudah hampir mencapai klimaksku.

“Tahan Wan, teh juga mau nyampe nih, Barengin ya Wan.” kata Inah.

Aku tak peduli, karena aku tidak bisa menahannya, dengan erangan panjang, aku merasakan tititku mengeras dan tubuhku mengejang. Kuhunjamkan tititku dalam-dalam ke memek Inah, dan menyemburlah lahar yang sudah mendesak dari tadi ke dalam memek Inah.

“MTeehk.. Aagghh..”

Croott… Crroott… Inahpun menjerit kecil dan tubuhnya menegang, tangannya memeluk dengan kuat. Di dalam kegelapan memek Inah, semprotan air maniku bercampur dengan banjirnya air mani Inah. Aku tak bisa mengungkapkan bagaimana enaknya sensasi yang kurasakan.

Pinggul Inah bergetar, dan menghentak dengan kerasnya. Memeknya berdenyut-denyut, enak sekali. Banyak selaki lahar yang kumuntahkan di memek Inah, ditambah lahar Inah, rupanya tidak mampu ditampung semuanya, sehingga sebagian meleleh keluar dari memek Inah dan turun ke belahan pantatnya.

Lama kami berdiam dalam posisi masih berpelukan, tititku masih terbenam di memek Inah. Tubuh kami bersimbah peluh, nafas kami masih memburu. Kemudian, Inah tersenyum, lalu menciumku.

“Kamu hebat banget Wan. Baru pertama aja udah bisa bikin teh puas. Gimana nanti kalo udah jago.” kata Inah.

“teh, Ma kasih ya teh. Enak banget deh tadi teh.” kataku.

“Sama-sama Wan, teh juga terima kasih udah dikasih perjaka kamu. Besok mau lagi nggak?” tantang Inah.

“Mau dong teh, siapa yang nggak mau memek enak kayak gini.” jawabku sambil mengecup bibirnya. Dan kamipun kembali berpagutan.


Itulah pengalaman pertamaku dengan wanita. Sejak itu, mulailah petualanganku dengan wanita-wanita yang lain. Inah telah memberi pelajaran yang sangat nikmat.

No comments:

Post a Comment